Sosiologi Anak Part 3 oleh Prof. KHUSNUTDINOVA MARGARITA RAFAILEVNA

By 07:02

20 September 2016

Pembahasan hari ini hanya berbentuk raskas (dosen cerita tanpa buku, tanpa slide power point). Tema hari ini adalah tentang sekolah modern masyarakat di Rusia. Kenapa dikatakan modern, karena dulu kala, sekolah tidak terbagi menjadi kelas-kelas.
Btw, untuk sosiologi anak part satu dan dua akan di publish pada blog selanjutnya dikarena materi yang ketinggalan di rumah (dorm/asrama)

Sedikit pengantar, kuliah yang saya ambil di Rusia adalah Kompleks Sosial Analisis. Salah satu jurusan dari fakultas sosiologi (https://www.hse.ru/en/ma/csa/). Saya kuliah di Higher School of Economics (HSE).
Kuliah yang saya ambil berkaitan dengan kehidupan masyarakat Rusia dan dunia. Sesuatu yang simpel dan jarang orang sadari bahwa mereka melakukan hal tersebut, itu yang saya pelajari di kelas. Terdengar simpel, tapi tak sesimpel kelihatannya. Karena mau tidak mau saya harus berurusan dengan stastistika dan beberapa matematika dasar. ewwww!
Pada dasarnya saya suka kuliah di sini. Timetable yang disediakan pas dengan yang saya suka. Oke mari kita bahas tentang sosiologi anak.

Sekolah di Rusia memiliki sistem yang sama dengan sekolah di Indonesia. Mereka bersekolah berawal dari taman kanak-kanak, sekolah dasar,  sekolah menengah, sarjana, master, doctor, professor dan seterusnya. Perbedaannya SMP dan SMA digabung dan setelah doctor mereka tidak langsung jadi professor, ada dua sampai tiga tahapan setelah doctor untuk menjadi professor. Dan pada tahun kedua di sekolah menengah, mereka harus mulai belajar materi sesuai pilihan mereka, ilmu social atau alam. Hal ini menentukan ujian yang akan mereka tempuh untuk masuk universitas.

Untuk sistem sekolah saya kurang tahu jelas. Bagaimana mereka belajar, guru mengajar, dan sistem ujian. Yang pasti mereka memiliki liburan musim panas dan musim dingin. Rata-rata sekolah di Rusia tidak memakai seragam. Mungkin dikarenakan cuaca yang berganti-ganti tidak jelas. Untuk ujian akhir mereka sama dengan di Indonesia. Mereka mendapat ujian dari pemerintah yang bernama EGE. Ujian EGE ini tergantung mata pelajaran yang mereka pilih untuk di universitas. Hanya dua mata pelajaran yang wajib, Bahasa Rusia dan (kalau tidak salah) matematika dasar. Kemudian ditambah 4 mata pelajaran lagi sesuai bidangnya. Nilai yang mereka dapatkan mempengaruhi universitas yang akan mereka masuki. Karena setiap universitas memiliki standart yang berbeda-beda. Berbeda dengan Indonesia, mereka tidak perlu lagi melakukan tes untuk masuk universitas.

Dan untuk pembahasan tanggal 20 September 2016 sebagai berikut.

Zaman dulu, orang Rusia memiliki banyak anak 6-7 anak bahkan lebih. Lambat laun, hal tersebut disadari oleh pemerintah. Akhirnya permasalahan anak menjadi perhatian pemerintah. Dari dulu, anak dengan cepat menangkap informasi dari luar khususnya sekolah. Fenomena social ini sudah terjadi berabad-abad lalu. Berbeda dengan orang tua, orang tua lebih terkungkung dalam dunianya  jadi akhirnya tertinggal informasi-informasi dari dunia luar.

Sedangkan kondisi anak modern zamansekarang, anak banyak mengetahui informasi dari kecanggihan teknologi. Mulai dari handphone, internet, tablet dan lain sebagainya. Maka dari itu orang tua harus bersikap lebih professional seperti mau mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Sama halnya dengan permasalahan tradisi, anak jaman sekarang sudah melupakan trandisi keluarga kecilnya tetapi masih ikut tradisi keluarga besara walau tidak peduli. Hal ini jelas memiliki perbedaan yang jelas.

Perkembangan sekolah sekarang yang bisaa dikatakan modern tersebut banyak mengubah sistem pendidikan di Rusia. Menurut beberapa sosiolog dan psikolog, sekolah modern zaman sekarang merupakan praktik dari diskriminasi. Kenapa dikatakan praktik dari diskriminasi karena terbagi menjadi kelas per kelas. Beberapa sekolah kemudian membagikan kelas berdasarkan yang pintar dengan yang pintar (kelas unggulan) atau dengan pembagian berdasarkan ras dan suku. Beberapa juga menilai bahawa  pembagian social dan alam merupakan praktik diskriminasi. Untuk hal ini saya tidak terlalu sependapat, Karena membagian ini membantu para siswa untuk meringankan beban dan juga lebih focus pada tujuannya.

Tidak semua menilai bahwa sekolah modern merupakan satu hal yang buruk. Sistem sekolah modern mengadakan beberapa tes kecil untuk para siswanya yang kemudian dikalkulasi dengan tes akhir. Guru dan siswa diuntungkan dengan adanya tes kecil ini, karena proses dihargai pada akhirnya. Perkembangan zaman juga menuntun adanya perkembangan dalam hal pendidikan. Di Rusia, sekarang ini banyak muncul home schooling. Ini juga menguntungkan kedua belah pihak, siswa tak perlu jauh-jauh ke sekolah dan guru bisa meningkatkan penghasilan.

Keadaan Rusia sekarang sama halnya dengan di Indonesia, orang tua sibuk dengan pekerjaan. Akhirnya anak yang menjadi tumbal dengan harus mau menuruti perintah orang tuanya. Contoh, mereka dipaksa les ini dan itu untuk mengisi waktu luang sampai kedua orang tua pulang.

Kesimpulan yang saya dapatkan proses pendidikan dan perkembangannya hampir serupa antara Indonesia dan Rusia. Namun pertanyaan saya adalah kenapa pendidikan Indonesia tidak semaju Rusia? Index maju adalah pemerataan pendidikan di Indonesia. Untuk sekedar info, ujian EGE di Rusia sama dengan UN di Indonesia. Setiap kota dan daerah menerima soal yang serupa. Bagi teman-teman yang punya jawaban atas pertanyaan saya, bisa dibantu menjawab. Terimakasih !!

 20 September 2016

Pembahasan hari ini hanya berbentuk raskas (dosen cerita tanpa buku, tanpa slide power point). Tema hari ini adalah tentang sekolah modern masyarakat di Rusia. Kenapa dikatakan modern, karena dulu kala, sekolah tidak terbagi menjadi kelas-kelas.
Btw, untuk sosiologi anak part satu dan dua akan di publish pada blog selanjutnya dikarena materi yang ketinggalan di rumah (dorm/asrama)

Sedikit pengantar, kuliah yang saya ambil di Rusia adalah Kompleks Sosial Analisis. Salah satu jurusan dari fakultas sosiologi (https://www.hse.ru/en/ma/csa/). Saya kuliah di Higher School of Economics (HSE).
Kuliah yang saya ambil berkaitan dengan kehidupan masyarakat Rusia dan dunia. Sesuatu yang simpel dan jarang orang sadari bahwa mereka melakukan hal tersebut, itu yang saya pelajari di kelas. Terdengar simpel, tapi tak sesimpel kelihatannya. Karena mau tidak mau saya harus berurusan dengan stastistika dan beberapa matematika dasar. ewwww!
Pada dasarnya saya suka kuliah di sini. Timetable yang disediakan pas dengan yang saya suka. Oke mari kita bahas tentang sosiologi anak.

Sekolah di Rusia memiliki sistem yang sama dengan sekolah di Indonesia. Mereka bersekolah berawal dari taman kanak-kanak, sekolah dasar,  sekolah menengah, sarjana, master, doctor, professor dan seterusnya. Perbedaannya SMP dan SMA digabung dan setelah doctor mereka tidak langsung jadi professor, ada dua sampai tiga tahapan setelah doctor untuk menjadi professor. Dan pada tahun kedua di sekolah menengah, mereka harus mulai belajar materi sesuai pilihan mereka, ilmu social atau alam. Hal ini menentukan ujian yang akan mereka tempuh untuk masuk universitas.

Untuk sistem sekolah saya kurang tahu jelas. Bagaimana mereka belajar, guru mengajar, dan sistem ujian. Yang pasti mereka memiliki liburan musim panas dan musim dingin. Rata-rata sekolah di Rusia tidak memakai seragam. Mungkin dikarenakan cuaca yang berganti-ganti tidak jelas. Untuk ujian akhir mereka sama dengan di Indonesia. Mereka mendapat ujian dari pemerintah yang bernama EGE. Ujian EGE ini tergantung mata pelajaran yang mereka pilih untuk di universitas. Hanya dua mata pelajaran yang wajib, Bahasa Rusia dan (kalau tidak salah) matematika dasar. Kemudian ditambah 4 mata pelajaran lagi sesuai bidangnya. Nilai yang mereka dapatkan mempengaruhi universitas yang akan mereka masuki. Karena setiap universitas memiliki standart yang berbeda-beda. Berbeda dengan Indonesia, mereka tidak perlu lagi melakukan tes untuk masuk universitas.

Dan untuk pembahasan tanggal 20 September 2016 sebagai berikut.

Zaman dulu, orang Rusia memiliki banyak anak 6-7 anak bahkan lebih. Lambat laun, hal tersebut disadari oleh pemerintah. Akhirnya permasalahan anak menjadi perhatian pemerintah. Dari dulu, anak dengan cepat menangkap informasi dari luar khususnya sekolah. Fenomena social ini sudah terjadi berabad-abad lalu. Berbeda dengan orang tua, orang tua lebih terkungkung dalam dunianya  jadi akhirnya tertinggal informasi-informasi dari dunia luar.

Sedangkan kondisi anak modern zamansekarang, anak banyak mengetahui informasi dari kecanggihan teknologi. Mulai dari handphone, internet, tablet dan lain sebagainya. Maka dari itu orang tua harus bersikap lebih professional seperti mau mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Sama halnya dengan permasalahan tradisi, anak jaman sekarang sudah melupakan trandisi keluarga kecilnya tetapi masih ikut tradisi keluarga besara walau tidak peduli. Hal ini jelas memiliki perbedaan yang jelas.

Perkembangan sekolah sekarang yang bisaa dikatakan modern tersebut banyak mengubah sistem pendidikan di Rusia. Menurut beberapa sosiolog dan psikolog, sekolah modern zaman sekarang merupakan praktik dari diskriminasi. Kenapa dikatakan praktik dari diskriminasi karena terbagi menjadi kelas per kelas. Beberapa sekolah kemudian membagikan kelas berdasarkan yang pintar dengan yang pintar (kelas unggulan) atau dengan pembagian berdasarkan ras dan suku. Beberapa juga menilai bahawa  pembagian social dan alam merupakan praktik diskriminasi. Untuk hal ini saya tidak terlalu sependapat, Karena membagian ini membantu para siswa untuk meringankan beban dan juga lebih focus pada tujuannya.

Tidak semua menilai bahwa sekolah modern merupakan satu hal yang buruk. Sistem sekolah modern mengadakan beberapa tes kecil untuk para siswanya yang kemudian dikalkulasi dengan tes akhir. Guru dan siswa diuntungkan dengan adanya tes kecil ini, karena proses dihargai pada akhirnya. Perkembangan zaman juga menuntun adanya perkembangan dalam hal pendidikan. Di Rusia, sekarang ini banyak muncul home schooling. Ini juga menguntungkan kedua belah pihak, siswa tak perlu jauh-jauh ke sekolah dan guru bisa meningkatkan penghasilan.

Keadaan Rusia sekarang sama halnya dengan di Indonesia, orang tua sibuk dengan pekerjaan. Akhirnya anak yang menjadi tumbal dengan harus mau menuruti perintah orang tuanya. Contoh, mereka dipaksa les ini dan itu untuk mengisi waktu luang sampai kedua orang tua pulang.

Kesimpulan yang saya dapatkan proses pendidikan dan perkembangannya hampir serupa antara Indonesia dan Rusia. Namun pertanyaan saya adalah kenapa pendidikan Indonesia tidak semaju Rusia? Index maju adalah pemerataan pendidikan di Indonesia. Untuk sekedar info, ujian EGE di Rusia sama dengan UN di Indonesia. Setiap kota dan daerah menerima soal yang serupa. Bagi teman-teman yang punya jawaban atas pertanyaan saya, bisa dibantu menjawab. Terimakasih !!


You Might Also Like

0 comments